Tuesday, January 15, 2013

Apakah tahlilan dicontohkan Rasulullah SAW ? dan acara kematian juga ? -Tanya jawab Ma'had 20 April 2010-

877. Dari Sulaiman di Maling Mati, Tambak Rejo: Ustadz, apakah tahlilah itu pernah dicontohkan oleh Rasulullah, dan acara 1,3,7,40,100 ribu hari itu dicontohkan ?

Jawab:
Rasulullah itu suka sekali dengan bacaan tahlil. Di dalam shahih Bukhari Muslim dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:

"Barang siapa  yang mengucapkan laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa 'alaa kulli syai-in qadiir pada setiap hari seratus kali, adalah bagi orang itu sama dengan memerdekakan 10 budak. Dan dicatat untuk orang itu 100 kebajikan dan dihapus dari orang itu 100 keburukan dan adalah bagi orang itu benteng/tameng dari syaitan pada harinya itu sampai sore hari. Dan tidaklah ada seseorang yang bisa datang dengan yang lebih utama dari tadi kecuali seseorang yang beramal lebih banyak dari orang itu tadi."

Itu tahlilnya Rasulullah SAW. Tapi tahlilnya itu tidak menunggu ada berkat/makanan, tiap pagi beliau membaca begitu, menganjurkan kita juga membaca seperti itu.

Kemudian sabda Rasulullah SAW juga:

"Kalau aku mengucapkan subhaanallah wal hamdu lillaah wa laa ilaaha illallah allaahu akbar lebih aku cintai dari pada apa yang telah terbit padanya matahari ini."

Bahkan Rasulullah mengatakan:

"Tiap tahmid itu shadaqah, tiap tahlil itu shadaqah, tiap tasbih itu shadaqah, tiap tahlil itu shadaqah."
Ini disebutkan oleh Imam Muslim di dalam shahihnya.

Dan hadits-hadits yang seperti itu banyak sekali, Anda bisa lihat kitab Al-Kalimuth Thayyib halaman 25-26, kitab Al-Adzkar yang dikarang oleh Imam Nawawi halaman 39-40, kitab Tuhfatudz Dzakirin yang disusun oleh Imam Asy-syauqani halaman 108 dan lain-lain.

Ada pun membuat makanan pada hari waktu orang meninggal,  3 7 40 100 1000 harinya, disebutkan dalam kitab I'anatut Thalibin jilid 2 begini:
"Betul apa yang dikerjakan oleh orang-orang kumpul-kumpul di keluarga mayit dan membuat makanan termasuk bid'ah yang munkara, yang diberi pahala kalau dicegahnya."

Selanjutnya disebutkan juga di halaman 146:
"Termasuk bid'ah munkara yang tidak disukai, yaitu mengerjakan apa yang dikerjakan orang dari mendatangkan rasa sedih kembali dan kumpul-kumpul dan 40 harian, semua itu adalah haram."

Dan yang semisal ini disebutkan juga di Fathul Muin jilid 2 halaman 141, Al-Umm karangannya Imam Syafi'i jilid 1 halaman 248, Mughnil Muhtaj jilid 1 halaman 268, Hasyiyah Al-Qalyubi jilid 1 halaman 353, Al-Majmu' yang dikarang oleh Imam Nawawi jilid 5 halaman 286.

Dan juga ditemukan di sampul buku Mantan Kiai NU menggugat tahlilan, tertulis pada Muktamar NU ke-1 di Surabaya tanggal 13 Rabi'uts Tsani 1345H/21 Oktober 1926 menyatakan bahwa selametan setelah kematian adalah bid'ah yang hina. Buku ini dikarang oleh KH. Mahrus Ali.

Wallahu A'lam.

No comments:

Post a Comment