Monday, March 11, 2013

Tentang shalat Qashar selama haji, adakah shalat lihurmatil waqti, dan takbiran -Tanya jawab Ma'had 22 Mei 2010-

1012. Dari bpk Basit Ridha di Kalirejo Bojonegoro: Ustadz, mohon penjelasan: 1. Manakah yang terbaik, menjamak atau meng-qashar shalat selama bepergian haji selama 40 hari ? Atau shalat jama'ah biasa setelah sampai di maktab? Saya mendapat pengertian kalau sebaiknya jama' qashar terus selama bepergian jauh ke mana pun. 2. Adakah shalat lihurmatil waqti ketika di pesawat ? 3. Takbiran seperti di Indonesia tidak kulihat di Makkah. Bagaimana takbiran menurut sunnah ? Atas penjelasannya, syukran katsiran.

Jawab:
Semoga Allah membimbing Anda dan kita semuanya ini untuk mengikuti sunnah Rasulullah SAW.

1. Apabila Anda bepergian melaksanakan ibadah haji, dari Jawa Timur ini, maka yang paling utama hendaknya Anda shalat jama' dan qashar mulai di Sukolilo saat menunggu pemberangkatan di sana. Demikian juga di dalam pesawat, juga di dalam maktab (pondokan haji), juga di Mina pada hari Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah kalau ke Mina dahulu, dan di Arafah, dan di Muzdalifah, dan di Mina pada hari-hari Tasyriq tetap lebih utama jama' qashar lebih utama dari shalat sendiri maupun shalat berjama'ah. Secara umum, dasarnya Firman Allah SWT

"Apabila kamu mengadakan perjalanan di muka bumi ini, maka tidak ada dosa atas kamu kalau kamu meng-qashar shalat itu." QS An-Nisa 101

Dan Nabi telah mukim di Tabuk selama 20 hari beliau meng-gashar shalatnya. HR Ahmad

Dan Sahabat Abdullah bin Umar ra mukim di Azerbaijan selama 6 bulan beliau shalat qashar 2 rakaat terus. HR Al-Baihaqi

Jadi 40 hari belum lama, masih lama Abdullah bin Umar ini. Bahkan pernah diceritakan sahabat Umar selama 8 bulan meng-qashar terus.

Dan adalah Rasulullah SAW, beliau menjama' antara shalat dhuhur dan 'ashr dalam perjalanan, dan menjama' juga antar shalat maghrib dan isya'. HR Bukhari

Tapi, apabila Anda shalat berjama'ah di Masjid, maka shalatlah seperti shalatnya Imam. Karena Nabi SAW bersabda:
انما جعل الامام ليؤتم به فلا تختلفوا عليه

Imam itu hanya dijadikan untuk diikuti, maka janganlah kamu menyalahi atas imam itu. HR Bukhari dan Muslim

Jadi kalau shalat Jama'ah ikut imam saja. Kalau di Maktab, anda boleh qashar dan boleh jama' juga, meskipun ada yang mengatakan qashar saja kalau di Maktab.  Tapi kalau jama'ah di Masjid, di Makkah dan Madinah, karena imamnya orang situ, maka Anda ikut Imam. Apalagi kalau shalatnya di Masjidil Haram atau di Masjid Nabawi, hendaknya jangan sampai menyalahi imam.

2. Tidak ada dasarnya sama sekali shalat lihurmatil waqti, yang biasanya teman-teman kita yang di pesawat banyak yang tidak shalat sebab shalatnya lihurmatil waqti itu. Rasulullah SAW bersabda:
صل قائما فان لم تستطع فقاعدا فان لم تستطع فعلى جنب

Shalatlah kamu sambil berdiri, kalau kamu tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, kalau kamu tidak mampu maka sambil berbaring. HR Bukhari

dan sabda Nabi SAW

صل على الأرض إن استطعت وإلا فأوم إيماء واجعل سجودك أخفض من ركوعك

Shalatlah di atas lantai bila kamu mampu, maka dengan isyarah saja,  dan jadikan sujudmu lebih rendah dari rukuk. HR Baihaqi dengan sanad yang kuat dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani di dalam kitab Silsilatul Ahaditsish Shahihah hadits no 323. Juga disebutkan dalam kitab Shifatu Shalatun Nabi halaman 79.

Jadi shalat hurmatil waqti tidak ada.

3. Terdapat dalam hadits dari Ibnu Umar ra, sabda Rasulullah SAW:
ما من أيام أعظم عند الله ولا أحب إليه العمل فيهن من هذه الأيام العشر فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد

Tidak ada hari-hari yang paling utama di sisi Allah dan tidak pula yang paling dicintai oleh Allah daripada beramal di sepuluh hari Dzulhijjah. Maka perbanyaklah di dalam hari-hari itu tahlil, takbir, tahmid. HR Ahmad, juga diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dan Al-Baihaqi di dalam kitab Syu'abul Iman dan At-Thabarani dalam kitab Al-Kabir dari Ibnu Abbas ra

dan yang lebih sah dari para sahabat, yaitu pernyataan Ali dan Ibnu Mas'ud
إنه من صبح يوم عرفة إلى آخر أيام منى

"Bahwa takbir itu dimulai sehabis subuh hari Arafah sampai akhir hari-hari Mina."

Hadits itu disamping diriwayatkan di atas tadi juga diriwayatkan oleh Al-Hakim, juga dari sisi yang lain dari Qadr bin Khulaifah dari Ali dan Ammar, dan hadits ini dinyatakan shahih. Jadi takbiran itu dimulai dari setelah subuh di hari arafah setiap habis shalat dan ada kesempatan sampai tanggal 13 Dzulhijjah sehabis shalat 'Ashr.

Dan telah sah apa yang dikerjakan Ali, Ibnu Abbas, Umar, Ibnu Mas'ud tentang takbir seperti tadi itu.

Sedangkan lafal takbiran, diriwayatkan oleh Abdur Razak dari Salman Al-Farisi dengan sanad yang sahih:
الله اكبر الله اكبر الله اكبر كبيرا

Allaahu akbar allahu akbar allahu akbar kabiiran

Dan datang pula dari Umar dan Ibnu Mas'ud:
الله اكبر الله اكبر لا اله الا الله والله اكبر الله اكبر و لله الحمد

Allahu akbar allahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, allaahu akbar walillahil hamdu

Sedangkan takbiran di Makkah dan di Mina, karena para jama'ah haji mengutamakan talbiyah daripada takbiran.

Wallahu A'lam bish Shawab

No comments:

Post a Comment